published on
Somnambulist adalah nama EP Auroracoustic yang diupload pada tanggal 23 Februari 2017 pukul 12:51 dini hari. Seperti biasa, terinspirasi dari perasaan sehari-hari yang sedih, ala kadarnya, tapi masih semangat menyalurkannya dalam iring-iringan. Dalam proses pembuatan playlist EP ini ia menyadari bahwa yang selama ini ia lakukan & ciptakan bukanlah lagu yang profesional, bagus secara pelafalan bahasa inggris, atau pun chord-chord yang benar, namun hanya luapan emosi belaka yang termediumkan oleh gitar & diiming-imingi ketidakpastian akan kebahagiaan atas pembebasan rasa memiliki, mencintai, penantian, dan penghargaan atas kehidupan.
Dalam lagu (yang bukan benar2 lagu seperti yang biasa didengar sehari-hari dalam format mp3 atau spotify) The Saw, penyiar mengutarakan emosinya lewat puisi Justinus Kerner yang dikenal sebagai cikal bakal metode Rorsach (sebuah metoda psikologis). Justinus Kerner merupakan insan yang menarik perhatian penyiar lagu karena kegigihan hidupnya yang berdedikasi pada keilmuan medis meski cenderung mengarah ke Pseudoscience seperti sleepwalking (somnambulist), mesmerism atau animal magnetism, dll, yang mana menyiratkan pribadi yang percaya dalam banyak hal (secara ia mendalami medis ia percaya pada science, tapi ia percaya pada hal-hal supranatural seperti mesmerism dll).
Pada lagu "Imperfection I Had", penyiar lagu berusaha menafsirkan pola pikir orang-orang disekitarnya yang terkadang tidak sadar akan suatu sudut pandang berbeda dan malah enggan menerima sesuatu. Banyak diantara kita terjerembap dalam suatu permasalahan sudut pandang, seperti dalam potongan lirik "She the mountain, I the Sea. She want to keep, I want to Free" "She the mountain, I the Sea. Don't you see we stand on the same Earth". Kalau kata Ridwan Mets, "Persepektif adalah sumber masalah, namun perspektif pula yang bisa merubahnya & menyelesaikannya". Begitulah kira-kira. Kita semua emang ga ada yang sempurna, tapi dari pada menuliskannya dengan cara (a) Ketidaksempurnaan Diri, mendingan (b) Ketidaksempurnaan yang Aku Miliki.
Terakhir, lagu "The Silence That Calls You" terinspirasi setelah membaca-baca puisi Sapardi Joko Damono (Sajak-sajak Empat Seuntai) dengan secarik baitnya "Di angkasa, begitu hakiki makna kehampaan" dan Tazul Arifin dari gambar2annya yang menggugah sanubari. Dalam lagu ini, penyiar lagu mengibaratkan "sunyi" yang berwujud seperti manusia, ia berdialog dan mendiskusikan memori-memori manis yang perlahan pasti hilang. Dengan "memanusiakan" sunyi, kesepian yang kita dapat pasti akan bermakna lebih dan menjauhkan kita dari perasaan takut akan kehilangan; memang dasar introvert aja yang jadi penyiar lagunya. he.
Terima kasih atas waktunya, semoga lagu-lagu ini senantiasa menghantarkanmu untuk senyum-senyum sendiri mengingat memori manis di masa lampau setelah lampu dimatikan menuju tidur. Love you.
*Artwork diwakili oleh sketsa Justinus Kerner di internet.
- Genre
- Folk & Singer-Songwriter